JERDON'S BAZA
Aviceda jerdoni Blyth, 1824
Subspesies : Secara keseluruhan ada 5 anak jenis. A.j. borneensis: Borneo; A.j. celebensis: Sulawesi termasuk Kep. Banggai dan Sula; A.j. ceylonensis: India bagian barat laut dan Sri Lanka; A.j. jerdoni: Barat daya India, Myanmar, Cina, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera; A.j.magnirostris: Filippina.
Aviceda jerdoni Blyth, 1824
Subspesies : Secara keseluruhan ada 5 anak jenis. A.j. borneensis: Borneo; A.j. celebensis: Sulawesi termasuk Kep. Banggai dan Sula; A.j. ceylonensis: India bagian barat laut dan Sri Lanka; A.j. jerdoni: Barat daya India, Myanmar, Cina, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera; A.j.magnirostris: Filippina.
Distribusi
Penyebaran global: Jenis ini tersebar luas di Asia. Mulai dari Sri lanka, Himalaya, India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Indonesia.
Di Indonesia: Tersebar luas di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kabaena, Banggai dan Kepulauan Sula.
Deskripsi
Elang berukuran sedang dengan panjang tubuh 45 cm, berwarna coklat dengan jambul panjang yang sering terangkat naik. Bagian atas coklat, bagian bawah putih dengan setrip mesial hitam. Dada bercorak merah gelap, perut bergaris datar merah gelap. Untuk ras Kalimantan kepala dan sisi leher merah karat. Perbedaannya denan Elang Alap Jambul (Accipiter trivirgatus) jambul lebih panjang dan ujung sayap nyaris mencapai ujung ekor. Perbedaanya dengan Elang Gunung (Spizaetus alboniger) dan Elang Wallace (Spizaetus nanus) remaja ukuran lebih kecil, sayap relatif lebih panjang, tarsus tanpa bulu. Ciri-ciri jenis ini ketika terbang sayap terlihat lebar, sangat panjang, dan melebar di ujung, serta ekor terpotong lurus.
Iris merah kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu biru pucat, kaki dan tungkai kuning.
Suara
Seperti suara kucing mengeluh ” pii-wiioh”, nada kedua berangsur-angsur hilang, mirip suara Elang Ular Bido (Spilornis cheela).
Penyebaran global: Jenis ini tersebar luas di Asia. Mulai dari Sri lanka, Himalaya, India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Indonesia.
Di Indonesia: Tersebar luas di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kabaena, Banggai dan Kepulauan Sula.
Deskripsi
Elang berukuran sedang dengan panjang tubuh 45 cm, berwarna coklat dengan jambul panjang yang sering terangkat naik. Bagian atas coklat, bagian bawah putih dengan setrip mesial hitam. Dada bercorak merah gelap, perut bergaris datar merah gelap. Untuk ras Kalimantan kepala dan sisi leher merah karat. Perbedaannya denan Elang Alap Jambul (Accipiter trivirgatus) jambul lebih panjang dan ujung sayap nyaris mencapai ujung ekor. Perbedaanya dengan Elang Gunung (Spizaetus alboniger) dan Elang Wallace (Spizaetus nanus) remaja ukuran lebih kecil, sayap relatif lebih panjang, tarsus tanpa bulu. Ciri-ciri jenis ini ketika terbang sayap terlihat lebar, sangat panjang, dan melebar di ujung, serta ekor terpotong lurus.
Iris merah kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu biru pucat, kaki dan tungkai kuning.
Suara
Seperti suara kucing mengeluh ” pii-wiioh”, nada kedua berangsur-angsur hilang, mirip suara Elang Ular Bido (Spilornis cheela).
Habitat
Menghuni seluruh kawasan hutan hujan mulai dari bagian bawah hingga mencapai ketinggian 1800 m dpl. Namun demikian, lebih banyak ditemukan mulai dari ketinggian 200-1800 m dpl. Selain hutan hujan, jenis ini juga ditemukan di kawasan hutan industri dengan tipe vegetasi hutan pinus.
Berbiak
Sarang memiliki struktur yang tebal dan dalam, sarang berada di pohon dengan ketinggian antara 7 – 20 meter. Di Sumatera, di Taman Nasional Gunung Leuser, sarang berada di pohon dengan ketinggian 35 meter dekat dengan jalan utama di hutan primer dengan tipe tanaman Dipterocarpus. Periode berbiak Januari – Maret dengan perjumpaan satu anak di sarang (Buij 2003; Buij et.al 2006). Jumlah telur 2 dengan ukuran telur 44.7x33.6 mm (Robson 2000).
Makanan
Makanan utamanya adalah Ular, kadal, Katak dan Serangga. Mengintai mangsanya dari tempat bertengger, kemudian menyergap mangsa dan membawa kembali ke tenggeran. Menyukai tempat terbuka untuk beruru.
Kebiasaan dan Status Migrasi
Migrasi tidak lengkap (Bildstein 2006) untuk anak jenis Aviceda jerdoni jerdoni. Perilaku yang menarik untuk di amati adalah pada saat berburu. Perilaku berburu jenis ini lebih sering terlihat dari atas cabang pohon sambil mengamati gerakan mangsanya kemudian akan meluncur menangkap mangsa ketika mangsanya terlihat. Jenis ini juga menyukai daerah pinggir hutan dan hutan pantai yang terlihat terbang berputar-putar dengan suaranya yang berisik.
Status Perlindungan
Sama seperti jenis burung pemangsa lainya jenis ini di indonesia dilindungi. Jenis ini sudah dilindungi beberpa peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku di indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. IUCN; Least Concern.
Menghuni seluruh kawasan hutan hujan mulai dari bagian bawah hingga mencapai ketinggian 1800 m dpl. Namun demikian, lebih banyak ditemukan mulai dari ketinggian 200-1800 m dpl. Selain hutan hujan, jenis ini juga ditemukan di kawasan hutan industri dengan tipe vegetasi hutan pinus.
Berbiak
Sarang memiliki struktur yang tebal dan dalam, sarang berada di pohon dengan ketinggian antara 7 – 20 meter. Di Sumatera, di Taman Nasional Gunung Leuser, sarang berada di pohon dengan ketinggian 35 meter dekat dengan jalan utama di hutan primer dengan tipe tanaman Dipterocarpus. Periode berbiak Januari – Maret dengan perjumpaan satu anak di sarang (Buij 2003; Buij et.al 2006). Jumlah telur 2 dengan ukuran telur 44.7x33.6 mm (Robson 2000).
Makanan
Makanan utamanya adalah Ular, kadal, Katak dan Serangga. Mengintai mangsanya dari tempat bertengger, kemudian menyergap mangsa dan membawa kembali ke tenggeran. Menyukai tempat terbuka untuk beruru.
Kebiasaan dan Status Migrasi
Migrasi tidak lengkap (Bildstein 2006) untuk anak jenis Aviceda jerdoni jerdoni. Perilaku yang menarik untuk di amati adalah pada saat berburu. Perilaku berburu jenis ini lebih sering terlihat dari atas cabang pohon sambil mengamati gerakan mangsanya kemudian akan meluncur menangkap mangsa ketika mangsanya terlihat. Jenis ini juga menyukai daerah pinggir hutan dan hutan pantai yang terlihat terbang berputar-putar dengan suaranya yang berisik.
Status Perlindungan
Sama seperti jenis burung pemangsa lainya jenis ini di indonesia dilindungi. Jenis ini sudah dilindungi beberpa peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku di indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. IUCN; Least Concern.